Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah
istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah
yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula
pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk
mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumidimana
manusia mulai hidup.
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai
adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah
adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah
zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau
dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama
tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu
bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan,
sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah.
Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya
Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti
yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan
Timur baru memasuki era sejarah.
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman
prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui
bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi,geologi,
antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya
didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs
sejarah.
Periodisasi
Geologi
Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam
empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan
prasejarah yang terdiri dari:
1. Arkaezoikum
Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun, pada saat itu kulit
bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan. Dapat diartikan sebagai
masa tanpa kehidupan. Bumi masih dalam keadaan membara dan jarak bumi
dan bulan masih sangat dekat, berbagai benda ruang angkasa seperti
meteor atau meteirit ( berukuran kecil) dengan mudah jatuh ke bumi yang
belum terlindung udara. Meskipun demikian semua benda tersebut diatas
langsung terbakar, pada saat bumi yang masih dalam keadaan membara
dengan suhu yang amat tinggi. Kejadian bumi dan pembentukan yang terjadi
sekitar satu milyar tahun yang lalu dan beberapa ratus juta tahun
kemudian bumi kerak bumi suhu semakin menyusut bagian bumi dalam keadaan
cair diangkasa bumi badai magnetic menyelimuti bumi petir dan Guntur
meteor dan meteorit membentur bumi suhu bumi makin menyusut bumi membeku
penyusutan suhu gas mengembun uap air hujan lebat yang abadi membentuk
lautan pembentukan air, udara makin sempurna terlindung dari benturan
berbagai benda luar angkasa (meteorit). Ada dua macam meteorit, yaitu
meteorit logam (mengandung besi nikel dan meteorit baju), beberapa
contoh batuan kerak bumi dapat disaksikan di museum geologi.
2. Paleozoikum
Paleozoikum atau sering pula disebut sebagai zaman primer atau zaman
hidup tua berlangsung selama 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul
pada zaman ini seperti mikro organisme, ikan, ampibi, reptil dan
binatang yang tidak bertulang punggung.
3. Mesozoikum
Mesozoikum atau sering pula disebut sebagai zaman sekunder atau zaman
hidup pertengahan berlangsung selama kira-kira 140 juta tahun, antara
251 hingga 65 juta tahun yang lalu. Pada zaman pertengahan ini, reptil
besar berkembang dan menyebar ke seluruh dunia sehingga pada zaman ini
sering pula disebut sebagai zaman reptil.
4. Neozoikum
Neozoikum atau zaman hidup pertengahan dibagi menjadi menjadi dua
zaman, yaitu zaman Tersier dan zaman Kuartier. Zaman Tersier berlangsung
sekitar 60 juta tahun. Zaman ini ditandai dengan berkembangnya jenis
binatang menyusui.
Sementara itu, Zaman Kuartier ditandai dengan munculnya manusia
sehingga merupakan zaman terpenting. Zaman ini kemudian dibagi lagi
menjadi dua zaman, yaitu zaman Pleitosen dan Holosin. Zaman Pleitosen
(Dilluvium) berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan
adanya manusia purba.
Zaman pleistosen ditandai dengan meluasnya lapisan es di kedua kutub
Bumi (zaman glacial) dan diseling dengan zaman ketika es kembali mencair
(zaman interglacial). Keadaan ini silih berganti selama zaman
pleistosin sampai empat kali. Di daerah tropika zaman glacial ini berupa
zaman hujan (zaman pluvial) yang diseling dengan zaman kering
(interpluvial).
Pada zaman glacial permukaan air laut telah menurun dengan drastis
sehingga hanyak dasar laut yang kering menjadi daratan. Di Indonesia
bagian barat dasar laut yang mengering itu disebut Dataran Sunda,
sedangkan di Indonesia bagian timur disebut Dataran Sahul. Dataran Sunda
telah menyebabkan kepulauan Indonesia bagian barat menjadi satu dengan
Benua Asia, sedangkan Dataran Sahul telah pula menghubungkan kepulauan
Indonesia bagian timur dengan Benua Australia. Itulah sebabnya fauna dan
flora Indonesia barat mirip dengan fauna dan flora Asia dan sebaliknya
fauna dan flora Indonesia timur mirip dengan Australia. Manusia yang
hidup zaman pleistosin adalah spesies homo erectus, yang menjadi
pendukung kebudayaan batu tua (Palaeolithicum).
Zaman pleistosin berakhir 10.000 tahun Sebelum Masehi kemudian
diikuti oleh datangnya zaman Alluvium atau zaman Holosin yang masih
berlangsung sampai sekarang. Dari zaman ini muncullah nenek moyang
manusia sekarang, yaitu spesies homo sapiens atau makhluk cerdas.
Arkeologi
Zaman Batu
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan
terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini
dapat dibagi lagi atas:
Zaman batu tua (Paleolitikum)
Zaman batu tua (palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu
buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau
dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini
disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Pendukung
kebudayaan ini adalah Homo Erectus.
Zaman batu tengah (mesolitikum)
Pada Zaman batu tengah (mesolitikum), alat-alat batu zaman ini
sebagian sudah dihaluskan terutama bagian yang dipergunakan. Tembikar
juga sudah dikenal. Periode ini juga disebut masa berburu dan meramu
makanan tingkat lanjut. Pendukung kebudayaan ini adalah homo sapiens
(manusia sekarang), yaitu ras Austromelanosoide (mayoritas) dan
Mongoloide (minoritas).
Zaman batu baru (Neolitikum)
Alat-alat batu buatan manusia Zaman batu baru (Neolithicum) sudah
diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Di samping tembikar tenun
dan batik juga sudah dikenal. Periode ini disebut masa bercocok tanam.
Pendukung kebudayaan ini adalah homo sapiens dengan ras Mongoloide
(mayoritas) dan ras Austromelanosoide (minoritas).
Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di
samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam,
mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkannya. Teknik pembuatan alat
logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan
dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut acire perdue. Periode
ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul
golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam
ini dibagi atas:
- Zaman tembaga
Orang menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. Alat kebudayaan
ini hanya dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara
(termasuk Indonesia) tidak dikenal istilah zaman tembaga.
- Zaman perunggu
Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur tembaga dengan timah
dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
- Zaman besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk
dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih
sulit dari teknik peleburan tembaga maupunperunggu sebab melebur besi
membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu
sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang
ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti
alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada
zaman sejarah.
Antara zaman neolithicum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan
megalithicum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar
sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalithicum justru pada zaman
logam.
Penelitian manusia purba di Indonesia dilakukan oleh :
1. Eugena Dobois,
Dia adalah yang pertama kali tertarik meneliti manusia purba di
Indonesia setelah mendapat kiriman sebuah tengkorak dari B.D Von
Reitschoten yang menemukan tengkorak di Wajak, Tulung Agung.
• Fosil itu dinamai Homo Wajakensis, termasuk dalam jenis Homo Sapien (manusia yang sudah berpikir maju)
• Fosil lain yang ditemukan adalah :
Pithecanthropus Erectus (phitecos = kera, Antropus Manusia, Erectus
berjalan tegak) ditemukan di daerah Trinil, pinggir Bengawan Solo, dekat
Ngawi, tahun 1891. Penemuan ini sangat menggemparkan dunia ilmu
pengetahuan.
• Pithecanthropus Majokertensis, ditemukan di daerah Mojokerto
• Pithecanthropus Soloensis, ditemukan di daerah Solo
Peta Penemuan Fosil Manusia Purba di Jawa Tengah – Jawa Timur
1. Sangiran
2 . Sambungmacan
3 . Sonde
4 . Trinil
5 . Ngandong
7 . Kedung Brubus
8 . Kalibeng
9 . Kabuh
10 . Pucangan
11 . Mojokerto (Jetis-Perning)
2. G.H.R Von Koeningswald
Hasil penemuannya adalah : Fosil tengkorak di Ngandong, Blora. Tahun
1936, ditemukan tengkorak anak di Perning, Mojokerto. Tahun 1937 – 1941
ditemukan tengkorak tulang dan rahang Homo Erectus dan Meganthropus
Paleojavanicus di Sangiran, Solo.
3. Penemuan lain tentang manusia Purba :
Ditemukan tengkorak, rahang, tulang pinggul dan tulang paha manusia
Meganthropus, Homo Erectus dan Homo Sapien di lokasi Sangiran, Sambung
Macan (Sragen),Trinil, Ngandong dan Patiayam (kudus).
4. Penelitian tentang manusia Purba oleh bangsa Indonesia dimulai
pada tahun 1952 yang dipimpin oleh Prof. DR. T. Jacob dari UGM, di
daerah Sangiran dan sepanjang aliran Bengawan Solo.
Fosil Manusia Purba yang ditemukan di Asia, Eropa, dan Australia adalah :
• Semuanya jenis Homo yang sudah maju : Serawak (Malaysia Timur), Tabon (Filipina), dan Cina.
• Fosil yang ditemukan di Cina oleh Dr. Davidson Black, dinamai Sinanthropus Pekinensis.
• Fosil yang ditemukan di Neanderthal, dekat Duseldorf, Jerman yang dinamai Homo Neaderthalensis.
• Menurut Dubois, bangsa asli Australia termasuk Homo Wajakensis,
sehingga ia berkesimpulan Homo Wajakensis termasuk golongan bangsa
Australoid.
Jenis-jenis Manusia Purba yang ditemukan di Indonesia ada tiga jenis :
1. Meganthropus
2. Pithecanthropus
3. Homo
Jenis manusia Purba Pithecanthropus
Ciri-ciri manusia purba yang ditemukan di Indonesia :
1. Ciri Meganthropus :
• Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
• Badannya tegak
• Hidup mengumpulkan makanan
• Makanannya tumbuhan
• Rahangnya kuat
2. Ciri Pithecanthropus :
• Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
• Hidup berkelompok
• Hidungnya lebar dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol
• Mengumpulkan makanan dan berburu
• Makanannya daging dan tumbuhan
3. Ciri jenis Homo :
• Hidup antara 25.000 s/d 40.000 tahun yang lalu
• Muka dan hidung lebar
• Dahi masih menonjol
• Tarap kehidupannya lebih maju dibanding manusia sebelumnya
CORAK KEHIDUPAN PRASEJARAH INDONESIA DAN HASIL BUDAYANYA
Hasil kebudayaan manusia prasejarah untuk mempertahankan dan memperbaiki pola hidupnya menghasilkan dua bentuk budaya yaitu :
• Bentuk budaya yang bersifat Spiritual
• Bentuk budaya yang bersifat Material
i. Masyarakat Prasejarah mempunyai kepercayaan pada kekuatan gaib yaitu :
• Dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan gaib. Misalnya : batu, keris
• Animisme, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang mereka yang
bersemayam dalam batu-batu besar, gunung, pohon besar. Roh tersebut
dinamakan Hyang.
ii. Pola kehidupan manusia prasejarah adalah :
• Bersifat Nomaden (hidup berpindah-pindah), yaitu pola kehidupannya
belum menetap dan berkelompok di suatu tempat serta, mata pencahariannya
berburu dan masih mengumpulkan makanan
• Bersifat Sedenter (menetap), yaitu pola kehidupannya sudah
terorganisir dan berkelompok serta menetap di suatu tempat, mata
pencahariannya bercocok tanam. Muali mengenal norma adat, yang bersumber
pada kebiasaan-kebiasaan
iii. Sistem bercocok tanam/pertanian
• Mereka mulai menggunakan pacul dan bajak sebagai alat bercocok tanam
• Menggunakan hewan sapi dan kerbau untuk membajak sawah
• Sistem huma untuk menanam padi
• Belum dikenal sistem pemupukan
iv. Pelayaran
Dalam pelayaran manusia prasejarah sudah mengenal arah mata angin dan mengetahui posisi bintang sebagai penentu arah (kompas)
v. Bahasa
• Menurut hasil penelitian Prof. Dr. H. Kern, bahasa yang digunakan
termasuk rumpun bahasa Austronesia yaitu : bahasa Indonesia, Polinesia,
Melanesia, dan Mikronesia.
• Terjadinya perbedaan bahasa antar daerah karena pengaruh faktor geografis dan perkembangan bahasa.
jenis fosil manusia purba Indonesia:
01. Meganthropus Paleojavanicus (Sangiran).
02. Pithecanthropus Robustus (Trinil).
03. Pithecanthropus Erectus (Homo Erectus) (Trinil).
04. Pithecanthropus Dubius (Jetis).
05. Pithecanthropus Mojokertensis (Perning).
06. Homo Javanensis (Sambung Macan).
07. Homo Soloensis (Ngandong).
08. Homo Sapiens Archaic.
09. Homo Sapiens Neandertahlman Asia.
10. Homo Sapiens Wajakensis (Tulungagung)
11. Homo Modernman.
Peta Persebaran Homo Erectus
1. Pengertian tentang waktu
Waktu tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda! Karena dalam kehidupan seharihari
setiap orang selalu dibatasi oleh waktu. Apakah Anda mengetahui definisi tentang
waktu?
Berdasarkan kamus umum Bahasa Indonesia, waktu adalah seluruh rangkaian saat
ketika proses perbuatan atau keadaan berlangsung atau berada. Dari definisi tersebut,
tentu Anda dapat memahami bahwa, apabila membahas tentang waktu sebagai suatu
rangkaian saat ketika proses berlangsung, maka berarti yang dibahas adalah suatu
peristiwa atau kejadian yang lalu atau yang akan datang.
Peristiwa masa lalu itu sangat luas, peristiwa masa lalu yang tidak menyangkut manusia
itu bukan sejarah. Karena sejarah mengkaji tentang peristiwa masa lalu manusia tetapi
tidak secara keseluruhan. Dan sejarah hanya mengurusi manusia masa kini. Untuk itu
sejarah disebut sebagai ilmu tentang manusia.
Di samping pengertian di atas, karena manusia pembentuk masyarakat. Masyarakat
yang dikaji oleh sejarah adalah masyarakat dari segi waktu. Untuk itu sejarah juga disebut
sebagai ilmu tentang waktu. Dengan demikian pengertian sejarah beraneka ragam.
Sejarah pada hakekatnya dibatasi oleh dua pengertian yaitu sejarah dalam arti subyektif
dan sejarah dalam arti obyektif. Sejarah dalam arti subyektif adalah bangunan yang
disusun oleh penulis sebagai suatu uraian atau cerita, maka memuat unsur-unsur dan
isi penulis atau pengarang (subyek). Sedangkan sejarah dalam arti obyektif menunjuk
kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri atau keseluruhan pada proses peristiwa atau
kejadian berlangsung terlepas dari unsur-unsur subyek seperti pengamat atau pencerita.
Dari penjelasan di atas apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah memahami silahkan
pelajari kembali penjelasan berikutnya. Setiap peristiwa kejadian yang berlangsung dalam
suatu masyarakat, kalau dilihat dari segi waktu, maka akan terlihat adanya 4 hal, yaitu:
a) perkembangan; b) kesinambungan; c) pengulangan; dan d) pergeseran.
Mengenai contoh dari 4 hal tersebut dapat Anda temukan pada setiap
peristiwa/kejadian dalam
sejarah, atau lebih jelasnya dapat Anda tanyakan kepada Guru Bina Anda.
Agar supaya setiap waktu dalam setiap peristiwa atau kejadian dapat dipahami, maka
sejarah membuat pembabakan waktu atau periodisasi. Maksud periodisasi ini adalah
agar babak waktu itu menjadi jelas ciri-cirinya. Contohnya sejarah Eropa dapat dibagi ke
dalam 3 periode yaitu zaman klasik/kuno, zaman pertengahan dan zaman modern.
Periodisasi/pembabakan waktu sejarah Indonesia menurut Dr. Kuntowijoyo dalam bukunya
yang berjudul Pengantar Ilmu Sejarah, dibagi menjadi 4 periode, yaitu: zaman prasejarah,
zaman kuno, zaman Islam, dan zaman modern.
Tetapi secara graris besar periodisasi sejarah dibagi menjadi zaman prasejarah dan
zaman sejarah. Untuk lebih jelasnya bagaimana hubungan antara zaman prasejarah
dan zaman sejarah, maka silahkan Anda perhatikan gambar 1 berikut ini.
Gambar 1
Dengan melihat gambar 1, maka Anda tentu memahami bahwa prasejarah merupakan
suatu zaman yang terjadi sebelum sejarah. Pemahaman tersebut sangatlah benar karena
sesuai dengan arti kata prasejarah. Pra artinya sebelum, maka prasejarah artinya sebelum
sejarah.
Sebenarnya ada istilah lain untuk menamakan zaman prasejarah yaitu zaman Nirleka,
Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka zaman tidak adanya
tulisan. Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya
tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum
ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan.
Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di
dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut.
Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir + tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal
tulisan, sehingga + tahun 4000 bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Dari
penjelasan di atas, apakah Anda sudah paham? Kalau Anda sudah memahami, tentu
Anda sudah mempunyai gambaran tentang sejarah Indonesia.
2. Sumber-sumber Prasejarah dan Sejarah
Sumber atau fakta merupakan hal terpenting sebagai kunci untuk mempelajari suatu
peristiwa yang telah terjadi pada masa lalu. Sumber-sumber atau fakta dari setiap peristiwa
yang telah terjadi beraneka ragam.
a. Sumber-sumber Prasejarah
Sebelum membaca uraian materi,
perhatikanlah gambar 2. Pada Gambar
tersebut, merupakan salah satu bentuk fosil
tengkorak manusia. Tentu Anda mulai
berpikir, apa yang dimaksud dengan fosil?
Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu karena adanya proses
kimiawi. Fosil merupakan peninggalan masa lampau yang sudah tertanam ratusan
peninggalan masa lampau yang sudah tertanam ratusan bahkan ribuan tahun di
dalam tanah.
Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).
Selain fosil yang menjadi sumber prasejarah juga terdapat artefak yaitu peninggalan
masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari batu, tulang,
kayu dan logam.
Untuk lebih memahami salah satu contoh bentuk artefak,
b. Sumber-sumber Sejarah
Peristiwa masa lalu dapat diketahui secara lengkap dan mendekati kebenaran adanya
sumber-sumber yang beranekaragam. Ditinjau dari wujudnya, maka sumber sejarah
dapat dibagi lagi menjadi 4, yaitu sebagai berikut:
1) Sumber lisan adalah sumber sejarah yang berupa keterangan dari seseorang
atau beberapa orang yang menyaksikan langsung atau mengalami langsung
suatu peristiwa.
2) Sumber tertulis adalah sumber sejarah yang berupa keterangan tertulis mengenai
suatu peristiwa/kejadian misalnya data, dokumen, babad prasasti, naskah kuno,
buku, dsb.
3) Sumber benda adalah sumber sejarah yang berupa benda-benda peninggalan
budaya atau la zim dginamakan benda purbakala, misalnya: candi, senjata,
gedung, dsb.
4) Sumber audio visual adalah sumber sejarah yang merupakan hasil rekaman
media elektronika, misalnya: kaset video, film, tape recorder, dll.
Untuk lebih memahami sumber-sumber sejarah tersebut, maka diskusikanlah
bersama teman-teman Anda jenis sumber-sumber sejarah dalam suatu peristiwa
Proklamasi 17-8-1945, seperti yang pernah Anda pelajari di SLTP.
Hasil diskusi Anda dapat Anda tunjukkan kepada Guru Bina Anda! Selanjutnya Anda
dapat melanjutkan pada uraian materi berikutnya
3. Ilmu Bantu Prasejarah
Dalam mempelajari zaman prasejarah, di mana belum ditemukan bukti-bukti tertulis,
maka untuk mengetahui peristiwa atau kejadian pada masa tersebut, para ahli melakukan
hal-hal sebagai berikut:
a. Ekskavasi, melakukan penggalian untuk menemukan peninggalan budaya yang
kebanyakan tertanam di dalam tanah.
b. Mempelajari kehidupan suku-suku terasing yang sekarang masih hidup seperti yang
tinggal di daerah-daerah pedalaman. Hal ini dilakukan karena, dengan mempelajari
alat yang digunakan suku terasing/suku primitif tersebut, sehingga dapat memberikan
pengertian tentang kehidupan dan kebudayaan manusia di zaman prasejarah.
Untuk melakukan hal tersebut di atas, maka prasejarah harus bekerjasama dengan disiplin
ilmu yang lain antara lain:
a. Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melalui artefak.
b. Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan.
c. Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fosil.
1. Pembabakan Zaman Prasejarah berdasarkan Geologi
Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan. Berdasarkan geologi,
terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut
merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari:
a. ARKAEKUM/zaman tertua
Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun, pada saat itu kulit bumi masih panas,
sehingga tidak ada kehidupan. Dari penjelasan ini tentu Anda ingin bertanya kapan
muncul kehidupan? Untuk itu simak uraian berikutnya.
b. PALEOZOIKUM/zaman primer atau zaman hidup tua
Zaman ini berlangsung 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini
seperti mikro organisme, ikan, ampibi, reptil dan binatang yang tidak bertulang
punggung. Untuk lebih mengenal bintang-binatang tersebut amatilah gambar 4 berikut
ini.
c. MESOZOIKUM/zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan
Zaman ini berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Pada zaman pertengahan ijenis reptil
mencapai tingkat yang terbesar seperti gambar 5 sehingga pada zaman ini sering
disebut juga dengan zaman reptil. Setelah berakhirnya zaman sekunder ini, maka
muncul kehidupan yang lain yaitu jenis burung dan binatang menyusui yang masih
rendah sekali tingkatannya. Sedangkan jenis reptilnya mengalami kepunahan.
Selanjutnya berlangsunglah zaman hidup baru seperti yang diuraikan pada materi
berikut ini.
d. NEOZOIKUM/zaman hidup baru
Zaman ini dibedakan menjadi 2 zaman, yaitu:
1) Tersier/zaman ketiga
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun. Yang terpenting dari zaman ini
ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui seperti jenis primat,
contohnya kera.
2) Kuartier/zaman keempat
Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan manusia sehingga merupakan
zaman terpenting. Dan zaman ini dibagi lagi menjadi dua zaman yaitu yang disebut
dengan zaman Pleistocen dan Holocen.
Untuk memahami zaman tersebut, maka Anda dapat menyimak pada uraian
berikut ini:
• Zaman Pleitocen/Dilluvium berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai
dengan adanya manusia purba.
• Zaman Holocen/Alluvium berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu dan
terus berkembang sampai dewasa ini. Pada zaman ini ditandai dengan
munculnya manusia jenis Homo Sapiens yang memiliki ciri-ciri seperti
manusia sekarang.
2. Pembabakan Zaman Prasejarah berdasarkan Arkeologi
Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melalui benda-benda
artefak. Dari hasil penelitian para ahli arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat
prasejarah Indonesia dapat diketahui. Berdasarkan penggalian arkeologi maka prasejarah
dapat dibagi menjadi 2 zaman, seperti pada uraian materi berikut ini.
a. Zaman Batu
Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia
terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan
tulang. Tetapi pada zaman itu secara dominan alat-alat yang digunakan terbuat dari
batu. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut, melalui Metode Tipologi (cara
menentukan umur berdasarkan bentuk atau tipe benda peninggalan), maka zaman
batu dibedakan lagi menjadi 3 periode/masa, yaitu:
1) Batu Tua/Palaeolithikum
Merupakan suatu masa di mana hasil buatan alat-alat dari batunya masih kasar
dan belum diasah/diupam, sehingga bentuknya masih sederhana.
Contohnya: kapak genggam.
2) Batu Tengah Madya/Mesolithikum
Merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih
baik dan lebih halus dari zaman batu tua.
Contohnya: Pebble/Kapak Sumatera.
3) Batu Muda/Neolithikum
Merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu
yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya.
Contohnya: kapak persegi dan kapak lonjong.
b. Zaman Logam
Perlu ditegaskan bahwa dengan dimulainya zaman logam bukan berarti berakhirnya
zaman batu, karena pada zaman logampun alat-alat dari batu terus berkembang
bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam hanyalah untuk
menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan
dipergunakan secara dominan. Zaman logam disebut juga dengan zaman
perundagian.
Perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda dengan yang ada di Eropa, karena
zaman logam di Eropa mengalami 3 fase/bagian, yaitu zaman tembaga, zaman
perunggu, dan zaman besi. Sedangkan di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara
umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman
perunggu dan besi secara bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah
alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perunggu.
Selanjutnya apakah Anda pernah mendengar atau membaca istilah Megalithikum?
Megalithikum merupakan suatu istilah kebudayaan batu besar (Mega = besar; Lithos
= batu).
Kebudayaan Megalithikum bukanlah suatu zaman yang berkembang tersendiri,
melainkan suatu hasil budaya yang timbul pada zaman Neolithikum dan berkembang
pesat pada zaman logam. Adapun salah satu contoh budaya Megalithikum dapat
Anda lihat pada gambar 10 berikut ini.
3. Pembabakan Zaman Prasejarah berdasarkan Ciri-ciri Kehidupan
masyarakat
Makhluk manusia adalah makhluk yang hidup berkelompok dan mempunyai organisme
yang secara biologis berbeda dan lebih lemah dari jenis binatang. Namun otak manusia
berevolusi paling jauh bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Kemampuan otak
manusia yang berupa proses berpikir menyebabkan manusia dapat memilah-milah
tindakan yang dapat menguntungkan kelangsungan hidupnya.
Dalam rangka kelangsungan hidupnya maka manusia merupakan makhluk pembentuk
kebudayaan dan manusia juga sebagai pembentuk masyarakat. Karena pada hakekatnya
manusia tidak dapat hidup sendiri tetapi harus berkelompok.
Berikut ini Anda akan mengikuti paparan perkembangan manusia Indonesia yang hidup
pada zaman prasejarah. Kehidupan masyarakat (manusia) pada zaman prasejarah terbagi
menjadi 3 periode, yaitu:
a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan
Pada masa ini secara fisik manusia masih terbatas usahanya dalam menghadapi
kondisi alam. Tingkat berpikir manusia yang masih rendah menyebabkan hidupnya
berpindah-pindah tempat dan menggantungkan hidupnya kepada alam dengan cara
berburu dan mengumpulkan makanan.
b. Masa bercocok tanam
Pada masa ini kemampuan berpikir manusia mulai berkembang. Sehingga timbul
upaya menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam suatu masa
tertentu. Dalam upaya tersebut maka manusia bercocok tanam dan tidak lagi
tergantung kepada alam.
c. Masa perundagian
Pada masa ini masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam.
Pengolahan logam memerlukan suatu tempat serta keahlian khusus. Tempat untuk
mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli
mengerjakannya dikenal dengan sebutan Undagi.
Demikianlah uraian singkat pembabakan prasejarah berdasarkan ciri-ciri
kehidupannya. Untuk uraian materi yang lebih luas nanti akan Anda pelajari kembali
pada modul berikutnya. Dan selanjutnya, apabila Anda sudah merasa paham dengan
seluruh uraian materi, kerjakanlah latihan soal yang disajikan pada akhir kegiatan
modul ini dengan sebaik-baiknya.
1. Jenis-jenis Manusia purba di Indonesia
Manusia yang hidup pada zaman prasejarah sekarang sudah berubah menjadi fosil.
Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa
jenis. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, di mana
mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia.
Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene
Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan
penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von
Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan
fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.
Atas temuan fosil tersebut, Von Koenigswald membagi zaman Dilluvium/Pleistocen di
Indonesia menjadi 3 lapisan yaitu Pleistocen bawah/lapisan Jetis, Pleistocen tengah/
lapisan Trinil dan Pleistocen atas/lapisan Ngandong.
Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang eropa, juga dilakukan oleh
para ahli dari Indonesia, yaitu seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr. teuku Jacob, Dr. Otto
Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono. Lokasi penyelidikan adalah Sangiran dan lembah
Sungai Bengawan Solo. Dari hasil penyelidikan tersebut dapat diketahui jenis manusia
purba yang hidup di Indonesia. Untuk itu silahkan Anda pelajari uraian berikut ini.
a. Meganthropus
Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald menemukan
tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang
rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan
geraham yang besar-besar.
Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus
Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut
diperkirakan hidupnya antara 20 juta – 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari
lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba
di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang
lain seperti pada uraian materi berikut ini.
b. Pithecanthropus/Homo Erectus
Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi
ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892
ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh
Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang
berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari
Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta – 500.000 tahun yang lalu
dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil.
Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus
ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus
Plaeojavanicus.
Para ilmuwan awalnya menganggap hasil temuan E. Dubouis (Homo Erectus) bukan
termasuk garis keturunan manusia, tetapi setelah adanya temuan fosil oleh Von
Koenigswald dari lapisan jetis/pleistocen bawah, maka seluruh ilmuwan mengakui
bahwa fosil-fosil yang ditemukan Von Koenigswald lebih tua umurnya jika dibandingkan
dengan Homo Erectus yang ditemukan oleh E. Dubouis.
Fosil manusia yang ditemukan Von Koenigswald di lapisan jetis adalah:
1. Fosil manusia yang ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun 1936 -
1941, diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis yang artinya manusia kera
dari Mojokerto, dan sekarang disebut dengan Homo Mojokertensis.
2. Fosil manusia yang ditemukan tahun 1936 di Sangiran lembah Sungai Bengawan
Solo, diberi nama Pithecanthropus Robustus yang artinya manusia kera yang
besar dan kuat tubuhnya atau disebut dengan Homo Robustus.
c. Homo Sapiens
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama
dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang.
Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.
Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:
1. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai Bengawan
Solo tahun 1931 – 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan
Weidenreich diberi nama Homo Sapiend Soloensis (Homo Soloensis).
24
2. Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van
Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo
Sapiens Wajakensis.
Tempat penemuan kedua fosil manusia di atas adalah lapisan Ngandong atau
Pleistocen Atas dan hidupnya diperkirakan 100.000 – 50.000 tahun yang lalu
Untuk memudahkan Anda memahami lokasi penemuan jenis manusia purba di
Indonesia, maka perhatikanlah gambar peta berikut ini.
Gambar 12. Peta Lokasi Penemuan Fosil Manusia Purba.
2. Perpindahan/Migrasi Bangsa-bangsa ke Indonesia
Sebelum Anda membahas lebih jauh uraian materi migrasi bangsa-bangsa ke Indonesia,
alangkah baiknya Anda perhatikan terlebih dahulu gambar 13 yang merupakan peta
yang menunjukkan rute atau arah penyebaran kapak persegi dan kapak lonjong
(kebudayaan Neolithikum) ke Indonesia.
bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam)/Indochina
dan terus ke Kepulauan Indonesia, dan bangsa tersebut adalah:
1. Bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoide yang merupakan
rumpun bangsa Melanosoide/Ras Negroid. Bangsa ini merupakan gelombang
pertama yang berimigrasi ke Indonesia.
2. Bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa Austronesia yang termasuk
golongan Ras Malayan Mongoloid. Bangsa ini melakukan perpindahan ke Indonesia
melalui dua gelombang yaitu:
a. Gelombang pertama tahun 2000 SM, menyebar dari daratan Asia ke
Semenanjung Melayu, Indonesia, Philipina dan Formosa serta Kepulauan Pasifik
sampai Madagaskar yang disebut dengan Proto Melayu. Bangsa ini masuk ke
Indonesia melalui dua jalur yaitu Barat dan Timur, dan membawa kebudayaan
Neolithikum (Batu Muda) seperti pada gambar 13.
b. Gelombang kedua tahun 500 SM, disebut dengan bangsa Deutro Melayu. Bangsa
ini masuk ke Indonesia membawa kebudayaan logam (perunggu).
3. Jenis Bangsa Prasejarah Indonesia
Dengan adanya migrasi/perpindahan bangsa dari daratan Asia ke Indonesia, maka pada
zaman prasejarah Kepulauan Indonesia sudah dihuni oleh berbagai bangsa yang terdiri
dari:
a. Bangsa Melanisia/Papua Melanosoide yang merupakan Ras Negroid memiliki ciriciri
antara lain: kulit kehitam-hitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar dan
hidung mancung.
Bangsa ini sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa keturunannya seperti Suku
Sakai/Siak di Riau, dan suku-suku bangsa Papua Melanosoide yang mendiami Pulau
Irian dan pulau-pulau Melanesia.
b. Bangsa Melayu Tua/Proto Melayu yang merupakan ras Malayan Mongoloid memiliki
ciri-ciri antara lain: Kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk
mulut dan hidung sedang.
Yang termasuk keturunan bangsa ini adalah Suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku
Sasak (Pulau Lombok), Suku Dayak (Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai Barat
Sumatera) dan Suku Batak (Sumatera Utara) serta Suku Kubu (Sumatera Selatan).
28
c. Bangsa Melayu Muda/Deutro Melayu yang merupakan rasa Malayan Mongoloid sama
dengan bangsa Melayu Tua, sehingga memiliki ciri-ciri yang sama.
Bangsa ini berkembang menjadi Suku Aceh, Minangkabau (Sumatera Barat), Suku
Jawa, Suku Bali, Suku Bugis dan Makasar di Sulawesi dan sebagainya.
Friday, September 27, 2013
Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Seni Bangunan
Setelah pleistosen berganti dengan
holosen, kebudayaan paleolithikum tidak begitu saja lenyap melainkan
mengalami perkembangan selanjutnya. Di Indonesia, kebudayaan
paleolithikum itu mendapat pengaruh baru dengan mengalirnya arus
kebudayaan baru dari daratan Asia ygna membawa coraknya sendiri.
Kebudayaan baru yang timbul itu dinamakan Mesolithikum.
Dari peninggalan-peninggalan tersebut dapat diketahui bahwa jaman itu
manusia masih hidup dari berburu dan menangkap ikan (Food-Gathering).
Akan tetapi sebagian sudah mempunyai tempat tinggal tetap, sehingga bisa
dimungkinkan sudah bercocok tanam walau masih sangat sederhana dan
secara kecil-kecilan. Bekas-bekas tempat tinggal mereka ditemukan di
pinggir pantai (Kjokkenmoddinger) dan di dalam gua-gua (Abris Sous
Roche). Disitulah pula banyak didapatkan bekas-bekas kebudayaannya.
Penelitian di bukit kerang menghasilkan
banyak penemuan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper
(kapak genggam Paleolithikum). Kapak genggam yang ditemukan di dalam
bukit kerang tersebut dinamakan pebble / kapak Sumatra. Bentuk pebble
dapat dikatakan sudah cukup sempurna dan buatannya agak halus. Hal ini
membuktikan bahwa alat-alat pada zaman mesolithikum
merupakan pengembangan dari alat-alat zaman paleolithikum, dimana cara
pembuatannya lebih baik dan lebih halus dari zaman paleolithikum.
A. HASIL KEBUDAYAAN MESOLITHIKUM1. Kebudayaan Pebble (Pebble Culture)
- Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu atau menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
- Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith) Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya menemukan kapak genggam. Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu dipulau Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal batu kali yang dipecah-pecah.
- Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek.
- Pipisan Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan pipisan (batu-batu penggiling beserta landasannya). Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah. Bahan cat merah berasal dari tanah merah. Cat merah diperkirakan digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir.
2. Kebudayaan Tulang dari Sampung (Sampung Bone Culture)
Berdasarkan alat-alat kehidupan yang ditemukan di goa lawa di Sampung (daerah Ponorogo – Madiun Jawa Timur) tahun 1928 – 1931, ditemukan alat-alat dari batu seperti ujung panah dan flakes, kapak yang sudah diasah, alat dari tulang, tanduk rusa, dan juga alat-alat dari perunggu dan besi. Oleh para arkeolog bagian terbesar dari alat-alat yang ditemukan itu adalah tulang, sehingga disebut sebagai Sampung Bone Culture.
3. Kebudayaan Flakes (Flakes Culture)
Abris Sous Roche (Gua tempat tinggal)
Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut antara lain alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang paling banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai Sampung Bone Culture / kebudayaan tulang dari Sampung.
B. KEBUDAYAAN BACSON-HOABINH
Kebudayaan ini ditemukan dalam gua-gua dan dalam bukit-bukit kerang di Indo-China, Siam, Malaka, dan Sumatera Timur. Alat-alat kebudayaannya terbuat dari batu kali, seperti bahewa batu giling. Pada kebudayaan ini perhatian terhadap orang meninggal dikubur di gua dan juga di bukit-bukit kerang. Beberapa mayatnya diposisikan dengan berjongkok dan diberi cat warna merah. Pemberian cat warna merah bertujuan agar dapat mengembalikan hayat kepada mereka yang masih hidup. Di Indonesia, kebudayaan ini ditemukan di bukit-bukit kerang. Hal seperti ini banyak ditemukan dari Medan sampai ke pedalaman Aceh. Bukit-bukit itu telah bergeser sejauh 5 km dari garis pantai menunjukkan bahwa dulu pernah terjadi pengangkatan lapisan-lapisan bumi. Alur masuknya kebudayaan ini sampai ke Sumatera melewati Malaka. Di Indonesia ada dua kebudayaan Bacson-Hoabinh, yakni:
- Kebudayaan pebble dan alat-alat dari tulang yang datang ke Indonesia melalui jalur barat.
- Kebudayaan flakes yang datang ke Indonesia melalui jalur timur.
C. KEBUDAYAAN TOALA
Kebudayaan
Toala dan yang serumpun dengan itu disebut juga kebudayaan flake dan
blade. Alat-alatnya terbuat dari batu-batu yang menyerupai batu api dari
eropa, seperti chalcedon, jaspis, obsidian dan kapur. Perlakuan
terhadap orang yang meninggal dikuburkan didalam gua dan bila tulang
belulangnya telah mengering akan diberikan kepada keluarganya sebagai
kenang-kenangan. Biasanya kaum perempuan akan menjadikan tulang belulang
tersebut sebagai kalung. Selain itu, didalam gua terdapat lukisan
mengenai perburuan babi dan juga rentangan lima jari yang dilumuri cat
merah yang disebut dengan “silhoutte”. Arti warna merah tanda berkabung.
Kebudayaan ini ditemukan di Jawa (Bandung, Besuki, dan Tuban), Sumatera
(danau Kerinci dan Jambi), Nusa Tenggara di pulau Flores dan Timor.
Wednesday, September 25, 2013
Mesolitikum
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mesolitikum atau Zaman Batu Madya[1] (Bahasa Yunani: mesos "tengah", lithos batu) adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda.[2]Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya "Jaman Prasejarah" (bahasa Inggris: Pre-historic Times) yang diterbitkan pada tahun 1865. Namun istilah ini tidak terlalu sering digunakan sampai V. Gordon Childe mempopulerkannya dalam bukunya The Dawn of Europe (1947).[2]
Daftar isi
Zaman mesolitikum di Indonesia
Pada zaman mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu dan menangkap ikan, namun manusia pada masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana.[3] Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman itu.[3]Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur dari zaman mesolitikum yang ditemukan di sepanjang pantai timur Pulau Sumatera.[4] Hal ini diteliti oleh Dr. P. V. van Stein Callenfels pada tahun 1925 dan menurut penelitian yang dilakukannya, kehidupan manusia pada saat itu bergantung dari hasil menangkap siput dan kerang karena ditemukan sampah kedua hewan tersebut setinggi 7 meter.[4] Sampah dengan ketinggian tersebut kemungkinan telah mengalami proses pembentukan cukup lama, yaitu mencapai ratusan bahkan ribuan tahun.[4] Di antara tumpukan sampah tersebut juga ditemukan batu penggiling beserta landasannya (pipisan) yang digunakan untuk menghaluskan cat merah.[4] Cat tersebut diperkirakan digunakan dalam acara keagamaan atau ilmu sihir.[4] Di tempat itu juga ditemukan banyak benda-benda kebudayaan seperti kapak genggam yang disebut pebble atau kapak genggam Sumatera (Sumeteralith) sesuai dengan tempat penemuannya. Kapak tersebut terbuat dari batu kali yang dibelah dua dan teksturnya masih kasar.[4] Kapak lain yang ditemukan pada zaman ini adalah bache courte (kapak pendek) yang berbentuk setengah lingkaran seperti kapak genggam atau chopper.[4] Berdasaran pecahan tengkorak dan gigi yang ditemukan pada Kjokkenmoddinger, diperkirakan bahwa manusia yang hidup pada zaman mesolitikum adalah bangsa Papua Melanesoide.(nenek moyang suku Irian dan Melanesoid)[4]Abris Sous Roche
Abris sous roche adalah goa menyerupai ceruk batu karang yang digunakan manusia sebagai tempat tinggal.[4] Penelitian mengenai kebudayaan Abris sous roche ini juga dilakukan oleh van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat Sampung, Ponorogo (Madiun).[5] Alat-alat yang ditemukan lebih banyak terbuat dari tulang sehingga disebut sebagai Sampung Bone Culture.[5] Di daerah Besuki (Jawa Timur), van Heekeren juga menemukan kapak Sumatera dan kapak pendek. Abris sous roche juga ditemukan pada daerah Timor dan Rote oleh Alfred Buhler yang menemukan flakes culture dari kalsedon bertangkai dan hal ini diduga merupakan peninggalan bangsa Papua Melanesoide.[6]. Hasil kebudayaan Abris sous roche juga ditemukan di Lamancong (Sulawesi Selatan) yang biasa disebut kebudayaan Toala[4]. Kebudayaan Toala ditemukan pada suatu goa yang disebut Goa Leang PattaE dan inti dari kebudayaan ini adalah flakes dan pebble[4]. Selain Toala, para ahli juga menemukan kebudayaan Bacson-Hoabinh dan Bandung di Indonesia. Bacson-Hoabinh diperkirakan merupakan pusat budaya prasejarah Indonesia dan terdiri dari dua macam kebudayaan, yaitu kebudayaa pebble (alat-alat tulang yang datang dari jalan barat) dan kebudayaan flakes (datang melalui jalan timur)[4]. Sementara itu, penelitian kebudayaan Bandung dilakukan oleh van Koenigswald di daerah Padalarang, Bandung Utara, Cicalengka, BanjarabSoreang, dan sebelah barat Cililin. Kebudayaan yang ditemukan berupa flakes yang disebut microlith (batu kecil), pecahan tembikar, dan benda-benda perunggu[4].Galeri
Berikut ini gambar-gambar peninggalan dari zaman Mesolitikum yang ditemukan pada situs pemakaman di Théviec, Saint-Pierre-Quiberon, Bretagne, Perancis. Koleksi Muséum de Toulouse.Wednesday, September 11, 2013
Manusia Purba Indonesia
Berdasarkan bahan yang dipergunakan dalam
membuat alat-alat serta cara pembuatannya, zaman pra sejarah di
Indonesia dibagi menjadi zaman batu dan zaman logam (perunggu). Zaman
batu sendiri terdiri dari zaman batu tua, zaman batu madya, dan zaman
batu baru. Sedangkan pencarian manusia purba di Indonesia sudah dimulai
sejak abad ke 19. Fosil manusia purba pertama ditemukan pada tahun 1889
oleh Van Rietschoten di daerah Tulungagung yang disebut dengan fosil
manusia Wadjak I. Setahun kemudian ditemukan kembali fosil manusia
Wadjak II oleh Dubois.
Berikut ini adalah beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia:
# AUSTRALOPITHECUS PALEOJAVANICUS (MEGANTROPUS PALEOJAVANICUS)
Diperkirakan jenis manusia purba ini
merupakan manusia tertua yang pernah hidup di Indonesia. Alat-alat yang
mereka gunakan terbuat dari batu kasar. Makanan mereka diperkirakan
berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan. Manudia purba jenis ini ditemukan oleh
Von Koenigswald antara tahun 1936 - 1941 yang saat itu engadakan
penelitian di Sangiran - Surakarta. Saat itu para ahli menyebut manusia
purba dengan istilah Megantropus Paleojavanicus. Namun saat ini istilah
manusia purba telah berganti menjadi Australopithecus Paleojavanicus
# HOMO ERECTUS
Dulu dikenal dengan nama Pithecantropus.
Jenis manusi purba ini mempunyai tinggi badan antara 165 - 180 cm dan
mempunyai volume otak 750 - 1300 cc.
Berikut ini adalah jenis-jenis Homo Erectus yang ditemukan di Indonesia:
* Homo Erectus Modjokertensis
Jenis manusia purba ini dite,ukan di daerah Mojokerto (Jawa Timur)
* Homo Erectus Erectus (Pithecantropus Erectus)
Ditemukan pada tahun 1891 di Trinil,
Ngawi, Jawa Timur oleh E. Dubois. Ini merupakan jenis manusia purba yang
pandai karena bisa memberikan petunjuk kepada kita tentang kehidupan
manusia pada jaman purba dahulu
* Homo Erectus Soloensis
Ditemuka pada tahun 1931 di Ngandong, lembah sungai Bengawan Solo oleh Ter Haar dan Van Optennorth
# HOMO SAPIENS SAPIENS
Ditemukan oleh Van Rietschoten di Wajak
tahun 1889 dan Dubois pada tahun 1890. Manusia purba jenis ini merupakan
manusia purba yang sudah tergolong manusia seperti kita saat ini. Jenis
Homo Sapiens Sapiens yang ditemukan di Indonesia adalah Homo Sapiens
Sapiesn Sadjakensis dan Homo Sapiens Sapiens Wadjakensis
Monday, September 9, 2013
zaman batu( Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum )
Zaman
Batu ( Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum )
Zaman batu adalah
zaman prasejarah ketika manusia menciptakan alat sendiri karena belum memiliki
teknologi canggih seperti zaman sekarang. Kayu tulang dan bahan lain juga
digunakan, tetapi batu di bentuk untuk dimanfaatkan sebagai alat memotong dan
senjata.
Paleolitikum
Alat bantu manusia masih dikerjakan
dengan cara kasar dan tidak diasah. Masih berburu dan mengumpulkan makanan
dengan cara yang sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus. Dalam
masa ini manusia masih berpindah-pindah dan belum menetap. Peninggalan di zaman
ini ialah kapak perimbas, monofacial,alat-alat serpih, dan chopper. Hasil
kebudayaan ini banyak ditemukan di wilayah Indonesia terutama di Sangiran jawa
tengah, dan cebbenge daerah sulawesi selatan.
Neolitikum
Disebut juga neolitik, merupakan
fase atau tingkat kebudayaan pada zaman prasejarah yang mempunyai ciri-ciri
berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu yang diasah, pertanian
menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar. Manusia telah menjadi
pendukung peradaban food producing atau dapat di sebut juga dengan masa berburu dan mengumpulkan
makanan. Manusia pada zaman ini sudah tinggal secara
menetap, bercocok tanam, dan berternak. Manusia pendukung zaman batu muda
adalah orang Proto Melayu yang terdisi dari suku Nias, Toraja, dan Dayak.
Produk kebudayaan yang mereka hasilkan adalah kapak bahu, perhiasan dari batu,
kapak persegi, dan kapak lonjong. Sebagian besar manusia pada jaman itu
memiliki campuran ras Paleo-Mongoloid.
Manusia pendukung zaman batu muda
adalah orang Proto Melayu yang terdisi dari suku Nias, Toraja, dan Dayak. Mereka mulai menetap dan membangun
pertanian untuk hidup dengan menggunakan peralatan-peralatan sederhana seperti
beliung yang ditemukan tersebar di kepulauan Nusantara bagian barat. Alat ini
juga ditemukan di Yunan, Cina Selatan, Laos ini menunjukkan migrasi manusia
dari utara melalui sungai Mekong. Di kepulauan Nusantara bagian timur ditemukan
banyak kapak lonjong yang juga ditemukan di Jepang, Taiwan Filipina, Sulawesi
Utara, Maluku, papua dan kepulauan Melanesia lainnya. Studi biologi tingkat
lanjut menunjukkan bahwa kemiripan struktur DNA dalam darah manusia-manusia di
wilayah ini mermiliki kemiripan, hal ini menunjukkan nenek moyang bangsa
Indonesia sebagian berasal dari daratan Asia dan sebagian lagi merupakan
percampuran dari Mongoloid dan Negroid dan Negroid terutama yang berada di
kepulauan bagian timur. Dalam waktu senggang menunggu panen, mereka mulai
memiliki waktu luang untuk memahami alam raya dan kekuatan-kekuatan yang Maha
Besar agar mempermudah hidup mereka. Maka mereka mulai membangun tempat-tempat
pemujaan berupa batu-batu besar seperti menhir, bangunan batu berundak,yang
disebut dolmen dan patung-patung nenek moyang. Produk kebudayaan yang
mereka hasilkan adalah kapak bahu, perhiasan dari batu, kapak persegi, dan
kapak lonjong.
Mesolitikum
Pada zaman batu tengah kehidupan manusia purba banyak dihabiskan di dalam gua yang disebut abri sous roche. Alat yang digunakan menggunakan batu yang lebih halus. Dan panah bergigi yang terbuat dari hewan digunakan untuk berburu. Ciri utama kehidupan pada zaman ini adalah peninggalan sampah dapur yang disebut kjokkenmodinger. Sampah dapur tersebut berasal dari cangkang kerang yang di tumpuk sehingga membatu. Sampah tersebut dapat ditemukan di daerah sepanjang pantai timur sumatera. Hasil kebudayaan zaman ini adalah Bascon-Hoabinh. Manusia pendukung pada zaman ini adalah papua melanosoide yang terdiri dari suku irian di papua dan suku aborigin di australia.
Megalitikum
Pada zaman batu tengah kehidupan manusia purba banyak dihabiskan di dalam gua yang disebut abri sous roche. Alat yang digunakan menggunakan batu yang lebih halus. Dan panah bergigi yang terbuat dari hewan digunakan untuk berburu. Ciri utama kehidupan pada zaman ini adalah peninggalan sampah dapur yang disebut kjokkenmodinger. Sampah dapur tersebut berasal dari cangkang kerang yang di tumpuk sehingga membatu. Sampah tersebut dapat ditemukan di daerah sepanjang pantai timur sumatera. Hasil kebudayaan zaman ini adalah Bascon-Hoabinh. Manusia pendukung pada zaman ini adalah papua melanosoide yang terdiri dari suku irian di papua dan suku aborigin di australia.
Megalitikum
Berasal
dari kata mega yang berarti besar dan litho yang berarti batu. disebut zaman
batu besar karena manusia dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang
terbuat dari batu besar. Kebudayaan ini berkembang sejak zaman neolitikum
hingga zaman perunggu. Pada zaman ini manusia mengenal kepercayaan terhadap roh
nenek moyang. Kepercayaan ini sudah mulai meningkat. Hasil kebudayaan
megalitikum seperti menhir yaitu tugu yang terbuat dari batu besar tempat
memuja para arwah, dolmen meja batu yang digunakan untuk meletakan sesaji untuk
para leluhur, kuburan batu untuk menyimpan para mayat, waruga atau peti jenazah
yang berbentuk kubus, sarkofagus kubur batu yang terbuat dari batu utuh, arca
patung yang menggambarkan manusia atau hewan berfungsi sebagai penghormatan,
punden berundak batuan yang disususn dan berfungsi sebagai tenpat memuja roh
nenek moyang.
pengertian pra aksara
Pengertian dan Kurun Waktu masa Praaksara
Sejak manusia muncul di muka bumi
ini, manusia belum langsung mengenal tulisan. Manusia membutuhkan proses waktu
yang sangat lama untuk mengenal tulisan dan kemampuan membaca. Ketika manusia
belum mengenal tulisan maka zaman itu disebut masa praaksara, sedangkan ketika
manusia sudah mengenal tulisan dan kemampuan membaca disebut masa sejarah.
Secara garis besar, seluruh kurun waktu sejarah dibagi menjadi:
- Masa praaksara (prehistory) merupakan zaman manusia belum mengenal tulisan. Masa pra-aksara dimulai sejak adanya kehidupan di permukaan muka bumi hingga manusia mengenal tulisan.
- Masa sejarah/aksara masa dimana manusia sudah mengenal tulisan. Kurun waktunya merentang sejak manusia mengenal tulisan hingga sekarang.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pembedaan masa praaksara dan masa sejarah didasarkan pada fakta apakah
manusia sudah mengenal tulisan-menulis atau belum. Kita dapat mengetahui
kehidupan masyarakat praaksara, setelah para ahli purbakala (arkeolog)
melakukan penggalian dan penelitian terhadap benda-benda purbakala baik yang
berupa fosil atau artefak.
- Fosil adalah semua bekas atau sisa-sisa tulang belulang jenis manusia, binatang, atau tumbuhan yang telah membatu karena tertimbun tanah ribuan atau jutaan tahun.
- Artefak adalah segala benda atau perkakas yang dibuat dan digunakan manusia purba untuk keperluan hidupnya.
Guna mengetahui kehidupan paling
awal pada masa praaksara ini, perkembangan keadaan bumi terbagi atas zamanzaman
sebagai berikut.
- Zaman arkhaikum, yaitu zaman tertua yang berlangsung kira-kira 2500 juta tahun. Zaman ini belum ada kehidupan, karena kulit bumi masih panas sekali.
- Zaman paleozoikum, yaitu zaman hidup tertua yang berlangsung kira-kira 340 juta tahun. Zaman ini sudah ada kehidupan, dimulai adanya binatang kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, ampibi, dan reptil.
- Zaman mesozoikum, yaitu zaman hidup pertengahan yang berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Zaman ini ditandai dengan munculnya jenis reptil raksasa, seperti Dinosaurus (panjangnya 12 meter) dan Atlantasaurus (panjangnya 30 meter). Selain itu, jenis burung dan binatang menyusui pun telah berkembang.
- Zaman neozoikum atau kainozoikum, yaitu zaman hidup baru yang berlangsung kira-kira 60 juta tahun yang lalu sampai kini. Zaman ini terbagi ke dalam:
- zaman tertair, yaitu zaman semakin berkembangnya binatang menyusui, sedangkan reptil besar mulai punah. Jenis kera dan kera-manusia sudah ada pada akhir zaman ini.
- zaman quartair, yaitu zaman adanya manusia di atas permukaan bumi. Zaman ini dibagi ke dalam pleistosen(dilluvium) yang berlangsung kira-kira 600.000 tahun, zaman ini disebut sebut juga zaman es (glasial) dan zaman holosen berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu hingga dewasa ini.
Berdasarkan kajian arkeologis,
zaman pra-aksara dibagi menjadi:
a. Zaman Batu
Disebut zaman batu karena manusia
pada saat itu menggunakan alat-alat penunjang kehidupannya sebagian besar
terbuat dari batu.
Dari alat-alat tersebut dapat
diketahui bagaimana cara hidup manusia. Meskipun disebut zaman batu, tidak
berarti alat-alat perkakas semuanya terbuat dari batu, ada juga alat-alat
perkakas yang terbuat dari kayu dan bambu. Zaman Batu dapat dibedakan sebagai
berikut:
1) Zaman batu tua (palaeolithikum) ditandai dengan
- penggunaan perkakas-perkakas yang terbuat dari batu kasar, tak diasah, dan belum halus,
- manusia masih hidup berpindah-pindah (nomaden),
- tergantung kepada alam atau masa mengumpulkan makanan (food-gathering),
- zaman ini berlangsung selama 600.000 tahun silam, selama Kala Pleistocen.
2) Zaman batu tengah (mesolitikum) ditandai dengan
- penggunaan perkakas-perkakas yang sudah agak halus dan orang sudah mulai bertempat tinggal,
- berlangsung kurang lebih 20.000 silam.
3) Zaman batu baru (neolitikum) ditandai dengan
- pembuatan alat-alat batu yang sudah diasah dan diupam,
- bertempat tinggal tetap,
- telah bercocok tanam atau masa menghasilkan makanan (food-producing),
- telah mengenal kepercayaan,
- Berlangsung selama 2.000 – 4.000 tahun silam.
4) Zaman batu besar (megalithikum) ditandai dengan
- membuat dan meninggalkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar,
- berkembang sampai zaman perunggu,
- sudah mengenal kepercayaan pada roh nenek moyang.
b. Zaman Logam
Disebut zaman logam karena
manusia pada saat itu menggunakan logam untuk membuat alat-alat penunjang
kehidupannya. Zaman logam terbagi atas zaman perunggu dan zaman besi. Namun
untuk wilayah Indonesia hanya mengenal zaman perunggu dan zaman besi. Di
Indonesia zaman perunggu bersamaan dengan zaman besi, maka zaman logam disebut
zaman perunggu.
Nugroho Notosusanto
dan Sartono Kartodirdjo membagi zaman praaksara Indonesia
ditinjau dari perkembangan sosial, ekonomi dan budaya sebagai berikut.
1. Masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan, dengan ciri-ciri antara lain.
- Alat kehidupan manusia pada saat itu berupa kapak perimbas (sejenis kapak yang digenggam, tidak bertangkai dan berbentuk masif), alat serpih, dan alat tulang.
- Hidup berkelompok-kelompok yang tersusun dari keluarga-keluarga kecil.
- Telah berkembang seni lukis yang dibuat pada dindingdinding gua, seperti di gua Leang-leang, Sulawesi Selatan.
- Belum melakukan kegiatan penguburan mayat.
- Telah ditemukan teknologi sederhana untuk mendatangkan api.
- Bahasa sebagai alat komunikasi mulai terbentuk melalui kata-kata dan tanda-tanda dengan gerakan badan.
- Bertempat tinggal secara tidak tetap di dalam gua-gua alam, di tepi sungai, dan tepi pantai.
- Kelompok manusia purba di pinggir pantai di antaranya meninggalkan kjokkenmodinger (kebudayaan sampah dapur).
2. Masa bercocok tanam dan beternak, dengan ciri-ciri antara lain.
- Alat-alat batu yang digunakan umumnya sudah diupam hingga halus. Alat batu yang digunakan berupa kapak persegi, kapak lonjong, alat-alat obsidian, dan mata panah.
- Masyarakat mulai menunjukkan tanda-tanda menetap di suatu tempat.
- Telah terbentuk desa-desa kecil semacam pedukuhan.
- Kegiatan bercocok tanam telah menghasilkan keladi, sukun, pisang, durian, manggis, rambutan, duku, salak dan sebagainya.
- Mengenal sistem barter (tukar menukar barang dengan barang).
- Perahu bercadik dan rakit banyak digunakan sebagai sarana lalu lintas air.
- Alat komunikasi berupa bahasa dianggap sangat penting.
- Tumbuh kepercayaan animisme (pemujaan terhadap roh nenek moyang) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang mempunyai kekuatan gaib).
3. Masa Megalithikum (zaman batu besar), dengan peninggalan-peninggalan seperti berikut ini.
- Dolmen, yaitu bangunan seperti meja dari batu berkaki menhir yang digunakan untuk pelinggih roh atau tempat sesajian.
- Menhir, yaitu sebuah tugu batu yang diletakkan dengan sengaja di suatu tempat untuk memperingati orang mati.
- Sarkofagus, adalah bangunan peti mati yang bentuknya seperti lesung.
- Peti kubur batu, yaitu peti mayat yang dibentuk dari enam papan batu, terdiri dari dua sisi panjang, dua sisi lebar, sebuah lantai, dan sebuah penutup besi.
- Punden berundak, yaitu bangunan berupa batu yang berundak-undak, yang biasanya terdiri dari tujuh dataran (undak), digunakan untuk kegiatan pemujaan terhadap arwah nenek moyang.
- Waruga, yaitu kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat.
- Arca-arca megalitik, berupa arca-arca yang menggambarkan manusia atau binatang, seperti gajah, harimau, kerbau, harimau, monyet dalam ukuran yang besar.
4. Masa Perundagian (masa kemahiran teknik), dengan peninggalan-peninggalan seperti berikut ini.
- Nekara, yaitu semacam tambur besar dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup; dipercayai sebagai bagian bulan yang jatuh dari langit, dan sering digunakan untuk upacara mendatangkan hujan.
- Moko, yaitu benda semacam nekara yang lebih ramping yang terdapat di Pulau Alor yang digunakan sebagai benda pusaka atau sebagai mas kawin.
- Kapak perunggu, disebut juga kapak sepatu atau kapak corong. Bentuk kapak berupa pahat, jantung, atau tembilang.
- Bejana perunggu, yaitu sebuah benda yang bentuknya mirip gitar Spanyol.
- Arca-arca perunggu, dengan bentuk arca orang yang sedang menari, berdiri, naik kuda, atau orang yang sedang memegang panah.
- Berbagai macam perhiasan, seperti gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, dan bandul/kalung.
Subscribe to:
Posts (Atom)